Diskusi dua terjemahan disertasi S3: "Jiwa Reformasi dan Hantu Masa Lalu: Sinema Indonesia Pasca Orde Baru" dan "The Real Guilty Pleasures: Menimbangulang Sinema Eksploitasi Transnasional Orde Baru".
Gratis. Buku "Jiwa Reformasi" dan 4 judul lainnya dari Seri Wacana Sinema (Komite Film Dewan Kesenian Jakarta) akan dibagikan gratis. (1 orang 1 buah per judul).
Buku "The Real Guilty Pleasures" juga akan dijual.
Ngabuburit, takjil gratis.
Bulan Film Nasional 2024
Diskusi film: Laga Lagak Sinema B Indonesia
Pembicara:
Ekky Imanjaya, SS., MHum., MA., Ph.D.
Dr. Quirine van Heeren, Ph.D Quirine van Heeren
Moderator: Tri Adi Sumbogo, S.Sos., M.Si. (Ph.D candidate)
Venue: Bloc Bar | M Bloc Space - Jl. Panglima Polim, Blok M, Jakarta 12160
Narahubung: Gita Pilar - 0812 2581 8860
Terbuka untuk umum | Gratis
Laga Lagak Sinema B Indonesia
Tidak banyak yang tahu, film-film Indonesia, utamanya horror dan laga, sejak tahun 80an sudah merambah pasar internasional. DVD publisher semacam Mondo Macabro (USA) atau Vinegar Syndrome (USA) merilis DVD film-film horror dan laga Indonesia "Jaka Sembung" dengan judul "The Warrior" serta "Santet" 1 & 2.
Bukan hanya itu, irisannya dengan drama politik pada zamannya juga menarik untuk disimak. Seperti yang ditulis Quirine van Heeren di buku "Jiwa Reformasi dan Hantu Masa Lalu: Sinema Indonesia Pasca Orde Baru" yang digunakan sebagai tinjauan sosio-historis tentang bagaimana Reformasi membuka peluang baru bagi perkembangan film Indonesia, serta bagaimana nilai serta perspektif rezim terdahulu tetap terlanggengkan pada era baru ini.
Di sisi lain, Ekky Imanjaya dalam bukunya "The Real Guilty Pleasures" menganalisa secara menyeluruh dinamika politik, ekonomi, sosial, dan transformasi budaya dari film-film ‘sampah’ itu secara internasional membentuk dan memberi dampak terhadap suasana budaya film nasional dan global, termasuk secara kritis membenturkannya dengan konsep sinema kultus (cult cinema) yang sangat Barat-sentris.
Acara bincang santai ini mengundang teman-teman untuk ngobrol tentang film dan perfilman Indonesia dari sisi yang jarang dibahas di bahasan arus utama, di mana Suzzana masih hidup dan Jaka Sembung masih berjaya.
No comments:
Post a Comment