Monday, October 17, 2022

Buku “The Real Guilty Pleasures”: Diskon 25% hingga akhir Oktober

 Suka nonton film-film Suzanna atau Barry Prima? Atau ngulik film seperti “Jaka Sembung” atau “Pembalasan Rambu”?

Baru terbit: “The Real Guilty Pleasures”: Menimbangulang Sinema Ekploitasi Transnational Orde Baru” (Ekky Imanjaya, Binus Publishing, 2022). Terjemahan dari tesis doktoral: “The Cultural Traffic of Classic Indonesian Exploitation Cinema” (University of East Anglia, 2018). Diskon 25% hingga 31 Oktober, menjadi Rp 161,250,- Pre-order:
Pre-order: https://bit.ly/TRGPekky1
 

Endorsement Dengan mengedepankan konteks sirkulasi transnasional, penelitian Ekky Imanjaya merespon secara kritis wacana 'film nasional” yang menjadi aspirasi pembuat film selama beberapa dekade sekaligus mendominasi penulisan sejarah film Indonesia. Fokusnya pada film-film eksploitasi mengajak kita kembali masuk ke dalam debat perihal politik selera --siapa yang menentukan standar, penghargaan, dan kanon— serta letak agensi penonton dalam sirkuit produksi dan konsumsi budaya. (Dr. Intan Paramaditha, dosen Kajian Media dan Film, Macquarie University , Sydney). Over the years there have been a number of academic studies of Indonesian film. Most of them stop short of taking seriously the huge upsurge in popular cinema that occurred there from the late 1970s to the early 1990s.Ekky Imanjaya ventures where others have feared to tread in his exploration of this largely ignored area of film making. His book is an immensely valuable and thoroughly researched study, packed with fascinating details about the films and the society that produced them. An essential work. (Pete Tombs, co-founder of Mondo Macabro DVD). This book should be essential reading to anyone working in the area cult movies or Indonesian cinema. Its analysis of the production, distribution and reception of Indonesian cult movies provides a crucial corrective to appropriation of these films by international cult fandoms while also providing a fascinating glimpse of Indonesian film cultures too often ignored by those focused the history of “film art”, histories that have tended to privilege “highbrow” or “official” Indonesia cinemas. (Prof. March Jancovich, Cult and Horor experts, University of East Anglia)

“This is a significant and groundbreaking study of Indonesian exploitation cinema that provides fascinating insights into the global circulation of cult cinema. To date, scholarship on cult and exploitation cinema has primarily focused on the Anglo-American context, but Ekky Imanjaya demonstrates that Indonesian popular cinema is essential to an understanding of the transnational circuits of cult. I thoroughly recommend it.” (Dr Iain Robert Smith, King’s College London) Buku tentang film kelas B Indonesia buat kami harusnya jadi sesuatu yang lumrah di Indonsia, mengingat yang bikin bioskop hidup dan merakyat di era-era tertentu film indonesia ya film-film yang dicap buruk dan nirmoral. Tidak perlu pikir panjang untuk kami merekomendasikan buku ini karena kami merasa tulisan Mas Ekky seperti inilah yang akan membuat para filmmaker, calon-calon filmmaker, dan calon penonton film-film kelas B bisa melihat secara utuh film kelas B dan film-film (yang dianggap) setingkat lebih tinggi itu setara, serta patut untuk mendapat kajian lebih dalam. Selain membuat para pembacanya mengerti bagaimana perkembangan film kelas B dan pengaruh sosial-budaya Indonesia –khususnya di era Orba—rasanya kami pun sebagai filmmaker yang senang mengulik dan menggarap film kelas B semakin bersemangat untuk meramaikan khazanah perfilman kelas B Indonesia. (Azzam Fi Rullah & Putra Merdeka, Kolong Sinema).

No comments:

Post a Comment