Nongkrong bareng kali ini berfokus pada sosok Garin Nugroho sebagai penulis, kritikus film, dan juga dosen film dan asisten dosen. Mulai dari liputan pertamanya ke Berlinale Film Festival (1988), juga sebagai dosen pengampu mata kuliah "Film dan Masyarakat" yang fasih membahas sosiologi film, dan sebagai asisten dosen Sumardjono dan Parakitri.
Mas Garin pun bercerita bagaimana dia memberontak melawan sistem rezim Orde Baru, seperti sistem magang, sejak film panjang pertamanya, "Cinta dalam Sepotong Roti" (1991), dan juga mengirimkan film-filmnya ke festival film luar negeri tanpa seizin Departemen Penerangan. Dia juga membahas konsekuensinya: berhadapan dengan "mafia media" yang dikontrol Deppen, mendapat surat teguran dari KFT berkali-kali, hingga disidang, serta perseteruannya dengan Teguh Karya.
Simak pula kedekatannya dengan sosok seperti Nyak Abbas Akub dan Djaduk Djajakusuma, nongkrong bareng Jafar Panahi dan Sydney Pollack, serta pergaulannya dengan kritikus dunia seperti Tadao Sato, Tony Rayns (Sight and Sound) dan Philip Cheah.
Tak lupa pula: bagaimana menghadapi kritik pedas dengan mengolah energi kemarahan menjadi hal yang reflektif dan energi penciptaan.
"Setiap film punya perannya masing-masing"
"Setiap film itu punya tanahnya sendiri".
Video editing: Asmayani Kusrini
https://www.youtube.com/watch?v=EdIpXfzUoh8
No comments:
Post a Comment