Friday, February 26, 2016

BETTY BENCONG SLEBOR: Banci, Berbahasa Binan, Berkonde, dan "Berbahaya".

 BETTY BENCONG SLEBOR: Banci, Berbahasa Binan, Berkonde, dan "Berbahaya".

Cinema Poetica baru saja merilis daftar film-film LGBT pilihan mereka. Daftar yang menarik. Sayang, film Indonesia cuma diwakili oleh "Betty Bencong Slebor" (1978).

Nah, tanpa bermaksud mengurangi keasyikan daftar itu, saya berinisiatif menambahkan alasan mengapa film ini penting.
1. Film ini dibuat di Indonesia oleh sineas Indonesia, untuk penonton Indonesia, dengan gaya humor yang dapat diterima mayoritas penonton, dibintangi oleh bintang film favorit kebanyakan orang (H. Benyamin Sueb, bertindak juga sebagai sutradara dan penulis skenario).
2. Sangat mudah diakses. Cek Youtube. https://www.youtube.com/watch?v=eE6bT7JMbsE&list=PL1D8C82CDB656AECA Dan ada juga di DVD bajakannya.
3. Tokoh utamanya bencong lokal, dan berbahasa binan, 2 ciri khas yang dilarang KPI baru-baru ini. Dan juga berkonde, yang kabarnya juga sedang dipermasalahkan.
4. Film ini beredar di Orde Baru, yang kabarnya ketat soal sensor dan moralitas di media. Tapi Film ini, toh tetap saja, menjadi salah satu yang terlaris tahun 1979 menurut data Perfin.

5. Menurut Maimunah Munir, film ini mengkritisi ideologi gender Orde Baru. Silahkan baca di sini:
http://plarideljournal.org/keyword/betty-bencong-slebor

6. Salah satu dialognya, saat ulang tahun Elvy, acara pesta ulang tahun itu dalam rangka “mencari wajah Indonesia”. Penting ini: Mencari wajah Indonesia, di era Orde Baru, lewat karakter Bencong.
Artinya, ini film yang paling paling dapat diterima oleh masyarakat Indonesia, paling paling kontekstual untuk pembacaan konteks Indonesia, dan paling banyak ciri-ciri yang dilarang KPI. Kesimpulannya: paling berbahaya!

Film Indonesia lainnya seputar tema ini yang keren, dimana LGBT menjadi tema/karakter sentralnya.

a) “Kepingin sih Kepingin” (Henky Sulaiman, 1990). Juga dibuat dan diedarkan di era Orde Baru. H Deddy Mizwar menyamar menjadi perempuan untuk mendapatkan pekerjaan. Pengaruh film "Tootsie" kuat di sini. Penulis skenarionya Asrul Sani. Sekarang, tidak boleh lagi pria menjadi perempuan di layar kaca.
b) “Lovely Man” (Teddy Soeraatmaja, 2012) resensi saya: http://hot.detik.com/movie/read/2012/05/10/121707/1913892/218/lovely-man-kesederhanaan-cerita-adalah-kekuatannya

Friday, February 12, 2016

Call for Papers: 2 Film-related Panels at ASEASUK, SOAS, London 16-18 September 2016

ASEASUK 2016, SOAS University of London, 16-18 September 2016).
At least, there are two film-related panel proposals that have been accepted by Britain's national association for South-East Asian studies (ASEASUK) conference. If you wish to join a panel please email the convenor directly. Panel sessions will normally include five papers of 20 minutes each (including time for questions) or four papers and a discussant.
1) Politics of Tastes in Southeast Asian Cinema:
https://www.soas.ac.uk/…/aseasuk-conference-…/file109439.pdf(convenors: Ekky Imanjaya-full (University of East Anglia) & Tito Imanda(Goldsmith, University of London)
2) Emerging trends in SEA Literature and Screen Cultures
https://www.soas.ac.uk/…/aseasuk-conference-…/file109440.pdf . Convenors: Dr Dana Healy (SOAS), Dr Felicia Hughes-Freeland (SOAS), DrBen Murtagh (SOAS)
The full list of accepted panel proposals:
https://www.soas.ac.uk/…/aseasu…/accept-panel-proposals.html

for the first one, please email me at eimanjaya@yahoo.com by 30th of March. Thank you